Surat Terbuka Zinedine Zidane Gambarkan Masa Depan Suram Real Madrid

Surat Terbuka Zinedine Zidane Gambarkan Masa Depan Suram Real Madrid Surat Terbuka Zinedine Zidane Gambarkan Masa Depan Suram Real Madrid

Siapa pun manajer Real Madrid berikutnya, mereka tidak bdengan merasa orang aman-aman saja.

Zinedine Zidane, yang bisa dibilang merupakan legenda klub sebagai pemain maka pelatih, menyampaikan keluhannya paling dalam surat teraktelseif secara brutal, yang diterbitkan di surat maklumat Madrid, AS, Senin (31/5).

Beberapa orang menyamakan surat itu memakai tangelisahnnya kepada Marco Materazzi dalam final Piala Dunia 2006, tapi ini bukan momen gila yang muncul seketika. Akhir pekan lantas, Zidane memutuskan demi mundur mengenai pekerjaannya demi pelatih Madrid selesai menimbang-nimbang cukup lama.

Juru taktik asal Prancis itu berbicara dalam suratnya tentang rasa cinperdebatan cukup klub, suporter dan bahkan berterima kasih kepada presiden Florentino Perez, karena menadakannya cukup 2001. Namun sesudah mengakui hubungan spesialnya selama 20 tahun demi klub, Zidane menyalahkan Perez dan situasi buruk yang dialami dirinya karena sang presiden, termasuk mengmenyiah intrik di belakang layar dan kondisi butuk klub menjelang bursa transfer musim panas ini.

"Saya pergi karena saya merasa bahwa klub tidak memberi saya dukungan yang saya butuhkan, tidak ada tawaran dukungan untuk membangun proyek jangka menengah atau panjang," tulis Zidane.

Entah itu Antonio Conte, Mauricio Pochettino, Raul Gonzalez, atau yang terkini Carlo Ancelotti yang berpeluang menggantikan Zidane dempet Santiago Bernabeu, tampaknya jelas mereka kudu bekerja tanpa adanya investasi yang signifikan.

Madrid sangat terpukul oleh pandemi COVID-19, yang sebagian melontarkan mereka memaksakan proyek Liga Super Eropa, beserta tidak punya anggaran demi melakukan belanja agung pada musim panas ini. Mereka bisa memenuhi permintaan gaji agung David Alaba, tapi ia bergabung tanpa sepeser pun uang transfer ketimbang Bayern Munich karena kontraknya sudah habis.

Dengan agam pemain Madrid yang kini menginjak fase akhir karier mereka, klub membutuhkan penyegaran namun tidak punya sumber daya yang cukup untuk bisa melakukan itu. Zidane yakin dirinya sudah menghadirkan kemajuan bagi tim sementok yang ia bisa, meski tanpa dukungan di bursa transfer. Untuk itu, direktur olahraga mutakhir mungkin bagi diberkunjungkan oleh Madrid, yakni Luis Campos.

Musim ini Madrid kalah dempet momen-momen krusial, tersingkir dempet semi-final Liga Champions bersama kalah dempet hari terakhir atas rival sekkota, Atletico Madrid paling dalam perburuan gelar juara La Liga. Musim 2020/21 adalah musim teristimewa paling dalam 11 tahun Madrid mengatup kampanye tanpa trofi.

Namun, ada sisi akan lebih gelap dari analisis Zidane tentang Perez mendampingi sikap klub saat kelimpungan. Cara mereka memperlakukannya sangat menyakitkan.

"Di sini mereka telah melupakan sesuatu yang sangat berguna, semua yang kami bangun setiap hari, semua yang saya kontribusikan bagi hubungan beserta para pemain, beserta 150 orang yang berkarya bersama tim," lanjut Zidane.

"Anda menyimpan sisi manusiawi, emosi, kebernyawaan mengiringi saya mendapat kesan bahwa hal-hal itu tidak dihargai, mengiringi orang-orang lupa bahwa itulah cara Anda mempertahankan dinamika klub yang hebat. Saya bahkan merasa memakai cara tertentu bahwa saya dimelencengkan."

Zidane, nan keahlian terbaiknya sebagai pelatih adalah manajemen perorangan, bangga dengan caranya mengelola pemain beserta staf, menganggapnya khusus sebagai dasar kelulusannya. Pelatih peraih treble Liga Champions itu tidak percaya kemampuannya itu diapresiasi sama manajemen Madrid.

Kita telah melihat itu sebelumnya, kedalam cara Perez memutuskan hubungan dengan pelatih lagi pemain, bahkan legenda klub, Iker Casillas menyimpang satu mengenai mereka adapun terkenal mendapat salam perpisahan buruk mengenai klub, sementara kini Sergio Ramos bisa mengikuti jejaknya apabila tidak mencapai kesepakatan anyar soal kontrak adapun segera habis.

Zidane sangat terpukul oleh tekanan yang diterimanya sesudah awal musim Madrid yang penuh guncangan, dengan adanya rumor yang bocor kepada media tentang masa depannya menjelang pekan-pekan genting, melawan Sevilla, Borussia Monchengladbach dan Atletico Madrid dalam Desember terus.

"Saya tidak menuntut dikhaskan, tentu saja tidak, namun tetapi secercah ingatan," kata Zidane. "Itulah mengapa sangat menyakitkan ketika saya membaca di media, setelah satu kekalahan, bahwa saya hendak dipecat jika saya tidak memenangkan pertandingan berikutnya."

"Itu menyakitki saya dan segenap tim karena pesan-pesan yang sengaja dibocorkan ke media ini menciptakan perasaan negatif kedalam skuad, mereka menciptakan keraguan dan kealpapahaman."

Jika demikian cara Perez memperlakukan legenda nan bonafid, apa nan buat dilakukannya jika Conte atau Pochettino menggantikannya bersama tim kesulitan?

Tentu saja, sebagaimana kepergian Zidane, cara Perez melancarkan hubungannya memakai media demi menciptakan rumor akan lulus bukanlah suatu kejutan, lagi telah dikenal sebagaimana itu selama bertahun-tahun. Nyainterogasi, hal itu terjadi sekali lagi.

"Zidane menulis surat ini bersama seringai setajam pisau adapun ia gunakan kepada menusuk Real Madrid, dan terutama, presiden mereka dan koleganya," tulis jurnalis Marca, Raul Varela.

"Semua kebanggaan yang bertandang lewat melewati musim yang sulit telah terhapus untuk sebuah surat. Surat Zidane."

Bahwa Zidane pergi meninggalkan tahun terakhir kedalam kontrak mewahnya, yang diungkapkan mencapai €12 juta per tahun, tentu saja menunjukkan ia tidak cengeng. Namun, kepergiannya bisa saja meninggalkan luka bagi Madrid.